News Update :
Home » » Pahlawan Nasional

Pahlawan Nasional

Penulis : Unknown on Kamis, 04 Desember 2014 | 21.32

Biografi Dr. Suharso





Setelah Suharso menyelesaikan pendidikan AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) Bagian B di Yogyakarta, ia memasuki Nederlandsch Indische Artsen School (sekolah dokter) di Surabaya. Pada tahun 1939, ia lulus dan bekerja sebagai asisten di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Surabaya. Karena bertengkar dengan seorang suster bangsa Belanda, ia dipindahkan ke Sambas, Kalimantan Barat. Saat Jepang mendarat di Indonesia, ia tetap berada di daerah Kalimantan. Sebagai seorang terpelajar, Suharso masuk dalam daftar tokoh di Kalimantan yang akan dibunuh Jepang karena dianggap berbahaya.
Mengetahui hal itu, Suharso segera berangkat ke Jawa dan bekerja di rumah sakit di Jebres, Solo. Beliau tetap menjadi incaran Jepang, tetapi berhasil selamat. Sesudah Indonesia merdeka, ia menyumbangkan tenaga membantu perjuangan dengan merawat para korban pertempuran. Diantara para korban itu banyak yang kehilangan tangan atau kaki. Suharso merasa iba melihatnya dan tidak ingin mereka kehilangan semangat hidup, terlebih mereka telah berjuang demi bangsa dan negara. Beliau kemudian mencoba membuat tangan dan kaki buatan.
Usaha beliau mendapat perhatian pemerintah sehingga pada tahun 1950 ditugaskan ke Inggris untuk mendalami ilmu prothese (anggota tubuh buatan). Sekembalinya dari lnggris, ia mendirikan Pusat Rehabilitasi (Rehabilitation Center) bagi para pasien yang kehilangan anggota tubuh di Solo. Pada tanggal 27 Pebruari 1971 Prof. Dr. Suharso meninggal dunia dan dimakamkan di Kelurahan Seboto, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
  • Tempat/Tgl. Lahir :  Boyolali,13 Mei 1912
  • Tempat/Tgl. Wafat :  Solo,27 Februari 1971
  • SK Presiden : Keppres No. 088/TK/1973, Tgl. 6 November 1973
  • Gelar : Pahlawan Nasional
Sebagai seorang dokter, Suharso telah membantu banyak prajurit TNI yang harus kehilangan anggota tubuh akibat pertempuran. Sebagai penghormatan atas jasanya, nama dr. Suharso antara lain diabadikan sebagai kapal rumah sakit terbaru milik TNI AL.




Cut Nyak Meutia






Cut Nyak Meutia , Pejuang perempuan kelahiran Perlak, Aceh, ini adalah seorang pemberani yang hingga titik darah penghabisan memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial. Beliau lahir tiga tahun sebelum Perang Aceh berkecamuk sehingga besar dalam suasana gelora semangat perjuangan. Ketika sudah beranjak dewasa, ia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong.
Perang terhadap pendudukãn Belanda terus berkobar. Cut Nyak Meutia bersama Teuku Cik Tunong langsung memimpin perang di daerah Pasai. Berkali-kali pasukan beliau berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak. Berselang beberapa waktu setelah kematian suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak.
Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda. Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda semakin ketat. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai. Pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru gugur di tangan pasukan Belanda. Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri. Kondisi yang sudah mulai terdesak membuat beberapa anggota pasukan Cut Meutia menyerah. Namun, beliau bersikeras terus berjuang di pedalaman rimba Pasai bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun.
Upaya dan bujukan dari keluarga atas permintaan Belanda pun tak beliau hiraukan. Dalam suatu pengepungan pada tanggal 24 Oktober 1910, Cut Nyak Meutia berhasil ditemukan. Pasukan Belanda yang bersenjata Iengkap tidak membuat beliau gentar. Dengan sebilah rencong di tangan, beliau tetap melakukan perlawanan. Namun, tiga buah tembakan pasukan musuh menghentikan perlawanan Cut Nyak Meutia. Meski demikian, semangat perjuangan dan nama beliau tetap harum hingga kini.
  • Tempat/Tgl. Lahir: Perlak, 1870 (tanggal dan bulan tidak diketahui)
  • Tempat/TgI. Wafat: Aceh, 24 Oktober 1910
  • SK Presiden: Keppres No.107 Tahun 1964. Tgl 2 Mei 1964
  • Gelar: Pahlawan Nasional
Cut Nyak Meutia pernah menegur keras Cut Nyak Dien saat Teuku Umar bergabung dengan Belanda karena tidak mengetahui bahwa itu adalah bagian dan taktik Teuku Umar.





Biografi Pahlawan Nasional Dewi Sartika



Dewi Sartika merupakan keturunan keluarga bangsawan. Ayah beliau adalah seorang patih di Bandung yang dibuang Belanda ke Ternate karena dianggap memberontak. Akibatnya, Dewi Sartika tidak dapat melanjutkan pendidikan di sekolah Belanda. Kiprah di dunia pendidikan beliau mulai sejak 1902 dengan mengajarkan membaca, menulis, memasak, dan menjahit bagi kaum perempuan di sekitar Bandung. Pada 16 Juli 1904, Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri atau Sekolah Perempuan. Tahun 1914, Sakola Istri diubah namanya menjadi Sakola Kautamaan Istri atau Sekolah Keutamaan Perempuan. Pada tahun 1929 Sakola Kautamaan Isteri kembali berubah nama menjadi Sakola Raden Dewi. Selain di Kabupaten Pasundan, Sakola Kautamaan Istri sempat pula menyebar ke luar pulau Jawa.
Pemerintah Hindia Belanda pada 16 Januari 1939 memberi bintang jasa kepada Dewi Sartika atas Jasanya memajukan pendidikan kaum perempuan . Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1966 mengakui Raden Dewi Sartika sebagai pahlawan nasional. Upaya beliau memajukan perempuan Indonesia menuju sebuah pandangan jauh ke depan yang kelak juga menjadi modal dalam perjuangan membangun bangsa. Dewi Sartika wafat saat sedang mengungsi di Desa Rahayu, Kecamatan Cineam,Tasikmalaya. Ketika itu, wilayah Republik Indonesia tengah diserang oleh tentara NICA – Belanda pada peristiwa Agresi Militer I Belanda tahun 1947.
Tempat/Tgl. Lahir       : Bandung, 4 Desember 1884
Tempat/Tgl. Wafat      : Cineam, 11 September 1947
SK Presiden                    : Keppres No. 252 Tahun 1966, Tgl. 1 Desember 1966
Gelar                                 : 
Pahlawan Nasional
Di daerah, Jawa Barat, untuk mengenang Dewi Sartika ada sebuah tembang yang sering dinyanyikan anak anak sekolah, yaitu Kawih Dewi Sartika 











https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS1ZjImOa8f14lw1eiHFIpfqM7PgO7fkWRrSLjJn5uLVtF2LOmtIg
Masa kecil Jenderal Sudirmandibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Karsid Kartowirodji dan ibunya bernama Siyem. Soedirman mendapatkan pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, kemudian melanjutkan ke HIK (sekolah guru)Muhammadiyah, Surakarta, tetapi tidak sampai tamat. Sudirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Beliau kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Pada masa pendudukan Jepang, ia masuk menjadi anggota Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor dan menjadi komandan batalyon PETA di Kroya. Sudirman sering membela rakyat dari kekejaman Jepang sehingga pernah hampir dibunuh Jepang.
Setelah proklamasi, Sudirman bersama pasukan PETA dan pejuang lainnya merebut senjata tentara Jepang di Banyumas.Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat kolonel. Melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Sudirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Kedatangan pasukan Sekutu yang ternyata juga diikuti tentara NICA Belanda menyebabkan timbulnya pertempuran dengan TKR di berbagai tempat. Salah satu pertempuran besar terjadi di Ambarawa. Sudirman memimpin langsung pasukan TKR menggempur posisi pasukan Inggris dan Belanda selama lima hari, mulai tanggal 12 Desember 1945. Pertempuran yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa ini berhasil memukul mundur pasukan Sekutu ke Semarang.
Saat terjadi Agresi Militer II oleh Belanda(19 Desember 1948),Yogyakarta sebagai ibukota saat itu pun jatuh ke tangan musuh. Para pemimpin bangsa, seperti Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditawan Belanda. Sudirman tetap berjuang dengan cara bergerilya, meskipun saat itu sudah menderita sakit TBC yang parah dan hanya bernapas dengan satu paru saja. Presiden Sukarno pun sebenarnya sudah meminta beliau untuk tetap di Yogya dan berobat, tetapi melihat keteguhan hati Jenderal Sudirman maka Bung Karno pun menyetujui keputusan beliau untuk memimpin langsung gerilya. Perjuangan dengan senjata dan di meja perundingan memaksa Belanda ke perundingan. Setelah Perundingan Roem-Royen yang menetapkan gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia, Jenderal Sudirman kembali ke Yogyakarta dengan disambut Bung Karno, Bung Hatta, dan Sri Sultan HB IX dalam suasana penuh keharuan. Saat itu, Jenderal Sudirman terlihat sangat kurus dan lusuh. Dalam perundingan KMB pada Desember 1949. Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia.
  • Tempat/Tgl. Lahir : Purbalingga, 24 Januari 1916
  • Tempat/Tgl. Wafat :  Magelang, 29 Januari 1950
  • SK Presiden : Keppres No. 015/TK/1970, Tgl. 20 Mei 1970
  • Gelar : Pahlawan Nasional

Jenderal Sudirman lalu kembali ke Jakarta bersama Presiden Sukarno, dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman yang dikenal sebagai pribadi yang teguh pada prinsip dan keyakinan serta selalu mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadinya meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah, karena sakit yang dideritanya. Jenderal Sudirman dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997, Jenderal Sudirman mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan pangkat bintang lima. Saat hendak bergerilya, Bu Dirman memberikan perhiasannya sebagai bekal Jenderal Sudirman untuk berjuang. Beliau ikhlas melepaskan kepergian suaminya berjuang, meski dalam keadaan sakit
Share this article :

Posting Komentar

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. KELAS 5 SD PRIMA . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger